• MTS MA`ARIF NU 1 KARANGLEWAS
  • Unggul Dalam Mutu, Prestasi, Utama dalam Dzikir Pikir dan Terampil

Sejarah

 

SEJARAH BERDIRINYA MTs MA’ARIF NU 1 KARANGLEWAS

 

Sebagai lembaga pendidikan formal  MTs M’arif NU 1 Karanglewas telah memiliki peran yang luar biasa di dalam mengantar pendidikan anak bangsa dari tahun ke tahun. Hal ini merupakan kebanggaan tersendiri terutama bagi warga NU pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya yang telah mengambil manfaat pendidikan bagi setiap regenerasi sebagai lembaga pendidikan lanjutan tingkat pertama yang sesungguhnya telah mengantarkan setiap siswa mendapatkan pendidikan pada tingkat lanjutan, bahkan banyak pula alumni yang sekarang telah mampu melanjutkan pendidikan di tingkat Perguruan Tinggi.

Dalam pengelolaan Lembaga Pendidikan ini, dalam catatan yang ada hampir 70 prosen adalah tenaga dari alumni, baik tenaga tekhnis maupun para pengajar yang telah selesai mencapai pendidikan di Perguruan Tinggi. Hal ini bukan merupakan kebetulan, tetapi sudah merupakan tanggungjawab dari para alumni yang sebelumnya telah mendapatkan motivasi, baik dari pengelola yang dalam hal ini pengurus / yayasan maupun dari para pengajar yang turun temurun yang senantiasa membimbing generasi ke generasi.

Kiranya kita berharap bahwa lembaga pendidikan kelak akan menjadi lembaga pendidikan yang memiliki ciri khas sebagai lembaga pendidikan Islam yang notabenenya dikelola oleh warga Nahdliyin, sebagai lembaga yang mampu menciptakan kader-kader bangsa yang memiliki wawasan kebangsaan dan kuat dalam menjalankan ajaran-ajaran Ahlussunnah Waljama’ah.

Latar Belakang Berdirinya

Sebelum berubah menjadi Madrasah Tsanawiyah, lembaga pendidikan ini awalnya adalah sekolah Diniyah atau sekolah Arab enam tahun yang dilakukan pada waktu sore hari, di mana siswanya adalah sebagian santri KH. Ngisomudin Elyas yang berkedudukan di wilayah Kedawung Babakan, dan sebagian adalah siswa dari luar yang paginya sekolah di Sekolah Rakyat ( SR ).

Sekolah Arab atau Madrasah Diniyah tersebut berdiri sekitar tahun 1946 dengan menerapkan kurikulum berbasis Madrasah Diniyah, dengan kajian Akhlak, Hadis, Fiqih dan Tarikh, serta pengembangan kajian kitab-kitab kuning.

Siswa yang belajar di Madrasah Diniyah enam tahun ini berasal dari wilayah Karanglewas dan sebagian dari wilayah-wilayah lain di pelosok Kabupaten Banyumas. Para santri sebagian menginap dalam Pesantren sambil mengikuti berbagai kegiatan yang telah dirancang oleh sang Kyai dan para ustadz.

Pondok Pesantren yang didirikan oleh beliau KH. Ngisomudin Elyas pada saat itu cukup memiliki nama diantara Pondok-Pondok yang ada di Kabupaten Banyumas. Tetapi karena pengelolaan yang masih sangat sederhana dan salaf terkesan bahwa pesantren yang dikelola saat itu termasuk pesantren pinggiran dan lebih terkenal sebagai tempat layaknya ngaji bagi anak-anak lokal.

Pandangan umum tentang keberadaan Pesantren tersebut di atas, tidak menyurutkan semangat KH. Ngisomudin Elyas dalam mensyiarkan agama Islam. Berbagai usaha dalam membesarkan perjuangannya beliau fokuskan pada pendidikan Madrasah Diniyah / Sekolah Arab, meskipun saat itu santri yang mengaji di Madrasah Diniyah juga surut dan berkembang.

Dengan ketekunan dan niat yang ikhlas serta kebesaran dan kesabaran yang luar biasa atas  perjuangan beliau terhadap pendidikan, pada akhirnya ia mampu menunjukkan bahwa para santri hasil didikannya tidak kalah bersaing dengan santri-santri bahkan lebih unggul.

Pada tahun 1950-an keunggulan para santri ini memberikan wacana baru bagi Sang Kyai, karena telah terbukti Madrasah Diniyah yang dikelola ternyata mendapat perhatian juga dari pemerintah kecamatan saat itu. Dengan pengakuan pemerintah di tingkat kecamatan, maka pada tahun 1955-an Madrasah Diniyah ini kemudian melakukan go publick melalui pemindahan tempat belajar dengan mendirikan bangunan baru di wilayah karanggandul, sebuah grumbul di Desa Babakan Kecamata Karanglewas Kabupaten Banyumas.

Dengan berpindahnya lokasi Madrasah Diniyah ini, sebagai awal bahwa Sekolah Arab / Madrasah Diniyah ini bukan lagi sekolah non formal tetapi telah mendapatkan pengakuan menjadi sekolah formal, yang siswanya berangkat dari berbagai golongan, santri dan yang bukan santri baik dari lokal masyarakat Babakan maupun dari luar wilayah kecamatan Karanglewas pada saat itu, dan Madrasah ini berubah namanya menjadi Lembaga Pendidikan Perguruan Agama Islam dengan masa belajar enam tahun, dan merupakan Madrasah yang mendapat pengawasan dari Departemen Agama pada waktu itu.

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa, Sebelum berubah menjadi lembaga pendidikan Madrasah Tsanawiyah atau sekolah setingkat SLTP, lembaga ini pada awalnya adalah bernama Lembaga Pendidikan Perguruan Agama Islam, dengan lama belajar enam tahun. Disebut Lembaga perguruan Agama Islam karena lembaga ini pada saat itu memang dirancang khusus enam tahun bagi lulusan-lulusan Sekolah Tingat Pertama yang ditempuh 3 tahun sedangkan 3 tahun tingkat Sekolah Atas  sebagai persiapan lulusan melanjutkan pada perguruan tinggi.

 

Lembaga Perguruan Agama Islam adalah merupakan sekolah satu     atap ( mungkin sekarang MTs – SMA satu atap ) di mana tiga tahun siswa yang telah lulus dari sekolah tingkat pertama ( MTs )  masih harus melanjutkan jenjang pendidikan pada tingkat sekolah atas, atau disebut Sekolah Lanjutan Perguruan Agama Islam, yang masih satu kompleks. Dengan demikian selama enam tahun siswa masih harus menyelelesaikan pendidikan pada sekolah yang sama dengan penjabaran tiga tahun lulus MTs dan tiga tahun lulus Perguruan Agama Islam.

Kurikulum yang diterapkan atau dipakai pun masih sangat sederhana dan lebih banyak mempelajari pendidikan agama Islam, berhitung dan selebihnya pengetahuan umum. Siswa yang belajar di Perguruan Agama Islam pun lebih banyak dari golongan santri selebihnya adalah non santri . Hal ini cukup beralasan mengingat perancang dan tenaga tekhnis kependidikan yang ada pada saat itu adalah golongan para Kyai, yang masing-masing memiliki santri.

Diantara para santri yang lebih banyak menuntut ilmu di Sekolah Perguruan Agama Islam sebagaimana dalam keterangan sebelumnya adalah santri dari Pondok Pesantren yang di asuh KH. Ngisomudin Elyas ( Kompleks Masjid Kedawung ) yang merupakan pioner perancang pertama berdirinya Sekolah Perguruan Agama Islam.

Dengan berpindahnya lokasi dan berubahnya nama lembaga tersebut Lembaga Perguruan Agama Islam Enam Tahun pada akhirnya memberi corak tersendiri terhadap kualitas para siswa dan para alumni. Bahkan hampir sebagian dari para guru atau tenaga kependidikan adalah alumni dari Sekolah ini.

Dari tahun-ke tahun Sekolah Perguruan Agama Islam ini cukup pesat bahkan telah menghasilkan lulusan-lulusan yang mampu berkiprah di masyarakat dan bidang-bidang pendidikan, yang pada waktu itu boleh dikatakan masih sangat tebatas orang-orang yang memiliki sumber daya keilmuan serta sedikit sekali terutama masyarakat lokal yang tertarik mencari ilmu.

Setelah hampir 25 tahun kokoh berdiri sejak masih bernama Madrasah Diniyah hingga berubah menjadi Sekolah Perguruan Agama Islam, lembaga ini telah menunjukkan kiprah yang luar biasa dalam mensyiarkan ilmu-ilmu agama khususnya di lingkungan Desa Babakan dan luar wilayah pada umumnya, pada tahun 1970 keluarlah peraturan pemerintah tentang jenjang pendidikan pada sekolah lanjutan. Peraturan tersebut mengatur bahwa sekolah lanjutan setingkat MTs ditempuh selama tiga tahun, dan lulusannya dapat melanjutkan sekolah lanjutan tingkat atas (aliyah / Pendidikan Guru ) ditempuh juga  sama selama tiga tahun. Peraturan-peraturan tersebut telah mengindisikan pembaharuan pemerintah dalam pengelolaan pendidikan dengan manajemen pengelolaan masing-masing.

 

Rintangan Pengelolaan Lembaga Pendidikan

Rintangan dan kesulitan yang dihadapi pada masa-masa awal pendirian, terutama oleh para perintis adalah masalah pendanaan serta kurangnya motivasi penduduk sekitar Desa babakan dan sekitarnya untuk melanjutkan pendidikan terutama masuk di MTs.

Kesulitan dalam menghadapi biaya operasional ini terbagi menjadi :

Biaya Operasional Pendirian Gedung 

Ekonomi yang dihadapi pada tahun 70-an merupakan masa-masa sulit bagi penduduk. Biaya kehidupan mungkin masih sangat sederhana namun penghasilan para penduduk menjadi kendala. Angka kemiskinan masih tinggi dan perputaran roda ekonomi pemerintah masih belum stabil.

Kendala-kendala seperti itu membutuhkan kerja ekstra bagi para perintis dalam melanjutkan cita-cita luhur ke arah perbaikan pendidikan sebagai sumber daya masyarakat masa depan. Tiada waktu yang terhenti untuk berhenti meski sebentar untuk terus membangun dan mempersiapkan sarana gedung tempat belajar bagi generasi.

Siang dan malam masyarakat sekitar desa Babakan dikerahkan untuk saling bahu membahu gotong royong dengan jadwal bergantian dengan grumbul-grumbul yang ada di desa Babakan. Belum lagi mereka masyarakat dibebani dengan sarana kelengkapan bangunan seperti kebutuhan kayu, bambu serta sarana yang lain.

Tidak tertinggal peran ibu-ibu yang tidak mampu memberikan biaya berupa uang harus rela mengumpulkan pasir yang diambil dari Sungai Logawa. Sedangkan kaum laki-laki harus rela mengeluarkan tenaga untuk mencari batu sebagai pasangan pondasi bangunan dan pengganti bantu bata merah.

Rasa hormat pada seorang Kyai Ngisomudin Elyas telah merubah pikiran masyarakat, bahwa pengorbanan tenaga dan waktu dalam penyelesaian pendirian gedung seolah menjadi motivasi diantara perjuangan dan air mata.

Begitu pula yang harus dialami para pendiri, bekerja bukan pada siang hari saja namun pada malam hari ia harus turun ke sejumlah gerumbul yang ada di Desa Babakan untuk mencari donatur terhadap orang-orang yang secara ekonomi mapan dan kaya untuk terlibat memenuhi segala kekurangan, baik berupa uang maupun benda-benda lain yang dapat digunakan dalam penyelesaian pergedungan.

 

Usaha dan perjuangan yang telah mereka tunaikan tanpa pamrih dan ikhlas. Semua memiliki tanggungjawab dan tidak ada seorang pun yang memiliki niat lain kecuali hanya beribadah kepada Allah SWT.      

Kurangnya Animo Masyarakat Berpendidikan

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa Peralihan dari Madrasah Diniyah / Sekolah Arab kemudian berubah menjadi Sekolah Perguruan Agama Islam hingga menjadi Madrasah Tsanawiyah merupakan perjalanan panjang dan merupakan proses dalam dunia pendidikan yang biasa terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa para pengelola yang notabenenya adalah pendiri telah memiliki rancangan masa depan dalam memajukan dan mensyiarkan pendidikan berbasis agama di wilayah Babakan pada khususnya dan di Kecamatan Karanglewas pada umumnya.

Dengan berubahnya Sekolah Perguruan Agama Islam Enam Tahun menjadi Madrasah Tsanawiyah, maka berubah pula penataan dan manajemen pengelolaan sebuah lembaga. Meskipun perubahan karena peraturan yang mendasari Madrasah ini berdiri, kiranya masih banyak yang harus dilakukan para pendiri saat itu, seperti keterbatasan sarana dan prasarana maupun tenaga pengajar.

Meskipun hanya menempati tujuh ruang kelas, enam kelas diantaranya digunakan untuk proses belajar dan satu ruang untuk kantor guru dan TU, namun proses pendidikan tetap berjalan. Proses pembelajaran dilakukan oleh sebagian alumni Sekolah Perguruan Agama Islam yang merupakan para santri KH. Ngisomudin Elyas. Dengan latar belakang pendidikan agama para guru berusaha untuk beradaptasi menerima kurikulum yang bukan hanya pelajaran agama, namun harus pula menguasai ilmu-ilmu umum dari Departemen Agama (sekarang Kementerian Agama ).

Dalam penataan di berbagai bidang ini pun tidak sedikit hambatan yang dialami, mulai dari kurangnya animo masyarakat menyekolahkan anak-anaknya di Madrasah Tsanawiyah hingga tenaga pengajar yang silih berganti karena mereka mengajar benar-benar merupakan perjuangan dengan keikhlasan dan panggilan hati semata.   

Pengurus Dan Guru Yang Terus Mencari Murid          

Lembaga yang sedang mengalami masa uji coba dari Departemen Agama ini, antara dilanjutkan dan dikembalikan kepada masyarakat apabila tidak mampu menarik perhatian masyarakat sekitar untuk mendatangkan siswa sebagai peserta didik yang memang benar-benar memenuhi syarat sebagai sebuah lembaga pendidikan.

Animo masyarakat yang terus menurun karena menganggap pendidikan bukan merupakan sebuah kebutuhan, menjadi wacana penting pengurus serta guru yang ada saat itu. Setiap akhir tahun pelajaran semua pengurus serta guru-guru yang ada dilibatkan untuk bekerjasama dengan pihak Pemerintah Desa mendata lulusan SR / SD / MI yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan sekolah tingkat pertama.

Kendala ini dihadapi lembaga karena berbagai sebab yang menuju pada pembiayaan pendidikan bagi putra-putrinya. Pihak pengurus saat itu sebenarnya telah membebaskan pembayaran pendidikan (SPP), namun hal itu tidak membuat masyarakat tertarik, bahkan dari banyaknya anak-anak yang tidak melanjutkan pendidikan lebih banyak dimanfaatkan orangtua untuk membantu pekerjaan mereka.

Asumsi pendidikan adalah tidak penting terutama bagi anak-anak perempuan menjangkit seperti menjaga warisan budaya leluhur, bahwa pendidikan untuk anak perempuan cukup diberikan ketika mereka telah belajar dari ibu kandungnya tentang tugas-tugas sebagai seorang istri.

Sementara anak laki-laki apabila mereka telah terampil memegang cangkul dan terampil memanjat pohon kelapa, berarti ia telah mampu memiliki pengalaman mengolah air niras menjadi gula sebagai sumber kehidupan kelak ketika ia telah menjalin berkeluarga.

Pendidikan dan usia generasi saat itu terutama bagi anak perempuan sangat pendek. Karena orangtua yang terlampau terburu untuk menikahkan apabila ia telah terlihat dewasa dan mampu menjadi seorang istri.

Problema-problema memenuhi kuota lembaga pendidikan layak disebut sekolah memang menjadi maslah serius. Namun tanpa memikirkan kendala dan budaya masyarakat sekitar yang tergolong kurang perhatian terhadap pendidikan, menjadi perjuangan tersendiri hingga kemudian MTs ini mampu diakui sebagai lembaga yang terlibat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tahun 1980 Bangunan Madrasah yang berada di sebelah selatan (grumbul Karanggandul) berpindah ke Utara (bangunan sekarang), Berpindahnya pergedungan mengingat telah meningkatnya partisipasi masyarakat untuk melanjutkan pendidikan di tingkat MTs.

 

 

Pidato KY. Ngisomudin Elyas

Pada Peresmian penggunaan Gedung Madrasah Pertama kali

 

KY. Ngisomudin Elyas dalam sambutan pidato peresmian penggunaan gedung tempat belajar, yang dihadiri oleh tokoh agama, tokoh pendidikan, tokoh masyarakat serta undangan sekitar Desa Babakan dan sekitarnya mengatakan :

 

“ saudara-saudara masyarakat Desa Babakan, tokoh agama, tokoh pendidikan, tokoh masyarakat, para santri dan masyarakat yang hadir pada hari ini, yang saya hormati. Semoga rahmat dan keselamatan dunia akhirat akan menjadi saksi bahwa kita semua telah menunaikan hak Allah dalam meluaskan ilmu-ilmu Allah. Semua perjuangan harta benda, pikiran dan tenaga kiranya akan dicatat oleh Allah sebagai amal jariyah yang tiada terputus hingga niat kita mendirikan tempat belajar ini yang terus menerus memberi manfaat pada anak cucu dari generasi ke generasi, meski kita semua tidak kekal dalam menyaksikan perkembangan lembaga pendidikan yang telah kita dirikan bersama.

 

Rasa haru dan syukur terhadap Allah SWT, yang Maha Kaya lagi Maha penolong atas berbagai kesulitan yang selama ini kita hadapi dalam menyelesaikan tempat belajar bagi anak cucu kita. Kita telah diuji oleh Allah sampai dimana kemantapan dan keikhlasan kita membelanjakan harta, tenaga dan pikiran yang dilakukan siang dan malam seperti tanpa henti, hingga pada akhirnya Allah mengabulkan permohonan kita, mewujudkan sebuah bangunan yang permanen untuk tempat belajar dan berjuang warga masyarakat Desa Babakan maupun dari Desa-Desa lain yang terpanggil menghidupkan ilmu-ilmu Allah SWT.

 

Kami yang tertua dan dituakan seperti memikul tanggungjawab yang besar agar terus menunaikan amanat masyarakat, dan kami yakin bahwa do’a-do’a yang terucap siang dan malam telah di dengar Allah SWT. Keimanan ini harus dijaga hingga kita menghadapi maut yang tidak pernah tahu, bahwa semua yang telah diberikan untuk membesarkan ilmu-ilmu Allah jangan sampai menjadi riya dan tidak ikhlas, karena semua itu merupakan bekal menghadapi hari akhir kelak.

 

Gedung yang sedang kita saksikan ini merupakan rahmat bagi kita serta bagi generasi yang akan datang. Dengan gedung ini kita semua dapat memberikan kesempatan terhadap anak cucu kita mendapatkan pendidikan serta tidak ada alasan untuk tidak memasukan putra-putri kita memiliki ilmu-ilmu agama serta umum yang kelak dapat menjadi generasi yang akan mengembangkan lembaga pendidikan ini.

 

Kami berpesan kepada masyarakat yang ada di ruang ini, agar kelak jika lembaga pendidikan ini berkembang, jangan melupakan perjuangan serta orang yang memperjuangkan. Sebagian dari kita yang hadir di sini adalah orang-orang yang telah berumur. Orang-orang yang lahir terkemudian merupakan generasi sesudahku dan memiliki kesempatan untuk melanjutkan perjuangan kami semua. Orang-orang sesudahku memiliki tanggungjawab untuk menjaga amanah para pendiri dan perintis.

 

Mengabdilah untuk ilmu Allah dan beribadah mengembangkan ilmu-ilmu Allah yang maha Luas. Madrasah adalah tempat perjuangan bukan untuk mengharap imbalan materi dari perjuangan yang telah ditunaikan. Allah lah yang akan membalas. Didiklah generasi sesudah yang sepuh mengakhiri perjuangan menyediakan sarana pendidikan ini, meski dalam perjuangan tersebut menghadapi kesulitan yang serupa yang kami alami.

 

Besarkan lembaga pendidikan ini, seperti jerih payah kami mendirikan tempat belajar ini dengan penuh semangat dan penuh keimanan. Apabila perjuangan yang dilakukan di jalan Allah maka Allah yang akan membalas dengan berbagai jalan.

 

Jangan menjadi orang-orang durhaka pada saat lembaga ini mampu berkiprah hanya karena memiliki kepentingan dengan menghapus perjuangan dan keikhlasan kami. kami yakin dengan do’a kami ketika Allah belum mengabulkan hari ini, namun Allah pasti akan mengabulkan sesudah generasi kami semua, bahwa lembaga ini akan sangat memberi manfaat bagi masyarakat Desa Babakan menjadi lembaga yang besar.

 

Berbagai permasalahan dalam perjalanan pasti akan dihadapi. Jalan yang lurus sesuai niat kita yang lurus hanya kepada Allah, merupakan kunci dalam menghadapi segala permaslahan tersebut. Ujian bukan hanya kita alami saat kita mendirikan gedung yang permanen ini, namun ujian akan tetap ada. Ujian terhadap pengelolaan serta ujian yang akan dialami oleh para pengelola.

 

Apabila manusia telah mencampurkan urusan ilmu Allah dengan materi bagi sekelompok manusia-manusia yang menghapus amanah dan memutus rantai sejarah maka permasalahan itu menjadi awal bahwa lembaga ini telah dikotori oleh orang-orang yang memiliki kepentingan dan ambisi pribadi.

 

Pada hari ini siapa pun yang diserahi untuk menjadi pengurus barangkali tidak seorang pun yang terang-terangan siap untuk berjuang, karena kami yakin saudara – saudara masih melihat banyak kekurangan bahkan kemiskinan. Tetapi pada satu saat ketika kami tidak lagi mampu menyaksikan dan berada di antara generasi-generasi berikutnya, tentu akan muncul berbagai kalangan dan kepentingan karena kelak bangunan ini telah terlihat megah.

 

Dari itu saudara-saudara, jangan pernah berhenti berdo’a meski do’a kita terkabul bukan kita yang menikmati. Kita tidak memiliki kesempatan untuk mengatur karena kita yang memberi fasilitas, kita yang mengadakan, kita yang perjuangkan dan kita yang diberi jalan untuk membuka lembaga ini untuk menyebar ilmu-ilmu Allah SWT.

 

Kita serahkan kepada orang-orang yang kelak memiliki keahlian untuk melanjutkan amal baik kita. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan lembaga pendidikan yang telah kita bangun. namun kita yakin kelak akan lahir anak dan cucu kita yang lebih pandai dari kita dalam mengelola lembaga ini.

 

Orang tua hanya mampu memberi bekal pendidikan terhadap generasi anak cucu kita, agar kelak mampu mendo’akan generasi yang telah kembali menghadap Allah SWT. Kepada saudara-saudara yang memiliki ilmu agama para santri yang terpanggil untuk menjadi ustadz di lembaga yang telah kita bangun ini, kami memberikan seluas-luasnya walaupun jika diukur secara materi saudara tidak dibayar, namun Allah Maha Kaya yang akan memberikan rizqi dari jalan yang tidak pernah kita tahu.

 

Kepada Warga Desa Babakan dan sekitarnya, saya berpesan jangan malu untuk membesarkan dan memasukan anak dan cucu menuntut ilmu di Madrasah. Madrasah ini kita yang bangun, bukan orang lain. Apabila Warga NU merasa berkecil hati untuk menitipkan pendidikan di Madrasah, apa yang akan terjadi pada generasi sesudah kita.

 

Kami tidak akan memberi kesempatan pertama untuk anak-anak saya menjadi ustadz di lembaga ini meski saya yang ditemani berbagai golongan menjadi penggagas berdirinya MTs. Lembaga ini bukan milik kami, namun milik masyarakat bukan lembaga keluarga milik KY. Ngisomudin Elyas. Siapa pun yang memiliki ilmu dan siap berjuang “Nggulawentah” pendidikan diberikan tempat seluas-luasnya ... “

 

..............

Kepada Pembaca marilah Kita kirimkan Suratul fatihah untuk Ky, Ngisomudin, Kyai kharismatik, salaf, Kyai yang tidak mengutamakan golongan, pemikiran ke arah pendidikan cemerlang tanpa memiliki maksud, kepentingan duniawi dan tujuan pribadi, kecuali hanya beribadah dan mengharap ridla Allah, SWT dari perjuangan meneggakkan agama Allah, SWT. Kepada sahabat-sahabat terdekatnya yang kemudian menyusul menghadap Allah, SWT, senantiasa berpesan kepada generasi berikutnya agar menjaga amanah. Alfatihah ...

    

Sumber Pidato dari Wawancara Tahun 1990 Dengan Bapak H. Sodik al Tarmidi, telah mengalami perubahan dari bahasa krama di Indonesiakan seperlunya ke inti. Untuk beliau H. Sodik al Tarmidi Pengempon Gunung ... Alfatihah ...

 

 

 

 

 

Komentari Tulisan Ini
Halaman Lainnya
Visi dan Misi

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco l

07/05/2020 05:09 - Oleh Setyo Widodo - Dilihat 430 kali